BALANCENEWS, Kabupaten Bandung — Banjir adalah bencana alam yang terjadi ketika air menggenangi daratan, banjir biasanya disebabkan oleh air yang tidak dapat mengalir melalui saluran pembuangan yang tersumbat karena sampah.
Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya banjir yaitu faktor topografi, intensitas hujan tinggi, penyumbatan saluran air, kurangnya daerah resapan air dan sebagainya.
Kabupaten Bandung adalah salah satu wilayah di provinsi Jawa Barat dengan curah hujan yang cukup tinggi, sehingga hampir setiap daerah di Kabupaten Bandung memiliki potensi banjir akibat luapan sungai. Hampir setiap tahun di daerah Baleendah (Andir, Parunghalang), merupakan daerah aliran Sungai Citarum yang salahsatu wilayah terdampak banjir.
Adanya kolam retensi merupakan upaya konservasi dalam mengatasi masalah banjir didaerah perkotaan, kolam retensi berfungsi untuk menampung sementara volume banjir yang berpotensi menggenangi permukiman.
Hujan dengan intensitas tinggi sejak beberapa hari kebelakang, daerah parung halang tergenang air diantaranya banjir yang tidak surut di Kp. Parunghalang pada dua wilayah RW 01 dan RW 02 selama 3 hari, padahal di wilayah lain dengan adanya proyek polder Citarum, air sudah dapat surut.
Menurut beberapa narasumber, bahwa hal tersebut dipicu oleh tidak adanya solar di polder kampung parunghalang Kel. Andir, kec. Baleendah, kab. Bandung.
Seperti ungkapan pak Oman, Aep, Herman, Ida dan warga sekitarnya yang rumahnya tergenang air beberapa hari kemarin, mengatakan bahwa seharusnya air sudah dapat surut jika polder berfungsi dengan benar.
Adapun keterangan Ibu isum megatakan bahwa genangan air yang lama surut akibat intensitas hujan lebat ,namun pada sisi lain polder parunghalang tidak bisa berjalan karena pasokan solar tidak ada dari BBWS. narasumber lain mengatakan bahwa solar untuk pasokan polder parunghalang tersebut ,dari pihak BBWS Citarum sudah di pasok 200 liter/hari untuk menjalankannya.
Adanya informasi dari masyarakat parunghalang, media BalanceNews.id, Jumat 22 April 22, temui ke dua orang penjaga kolam retensi parung halang yaitu Toni dan Komara, salahsatu penjaga Toni yang bekerja selama tujuh tahun di kolam retensi dan polder parung halang sebagai penjaga sekaligus operator, dari keterangan toni, apabila sungai Citarum meluap otomatis overtopping jadi posisi PMA nya udah rendah jadi PMA meluap udah tidak bisa bekerja mesinnya, adanya selentingan bahwa air yang dibuang melalui bawah tapi ternyata petugas pun membantahnya, jika pembuangan air itu melalui atas.
Jadi, kolam retensi di parung halang jika debitnya tinggi tidak bisa disedot. Karena debit maksimal 5,80 meter, yang bisa ditangani hanya 3,50 meter itu debit paling normal. Dan jika mesin berfungsi pada saat cuaca hujan diperlukan 200 liter/minggunya, apalagi mesin yang beroperasi 24 jam pastinya akan boros bahan bakar (solar), Ujar Toni
Lanjut tim Media yang diarahkan oleh Toni untuk menemui atasannya yang berada di retensi Cieunteung Baleendah bernama Irman.
Irman menjelaskan sebagai petugas yang sedang berada di retensi cieunteung, bahwa kondisi hujan, Suplesi air di parung halang dan andir tidak tertampung nya air karena yang tidak memungkinkan untuk membuang air tersebut. Dan kenapa ada genangan yang menjadi kendala di permukiman, iya karena Sungai Citarum sedang tinggi, jadi tidak memungkinkan untuk membuangnya.
Terkait solar tidak ada kendala, karena solar dikirim dari balai langsung. Stok ada dikolam retensi sebanyak 400 liter itu pun 200 liter untuk stok dan 200 sisanya untuk operasional masuk tangki.
Tetapi ada salah satu warga (komara) yang meminta solar, tanggapan Irman “ Pak solar itu bukan dari sini melainkan dari pusat, tapi untuk menunjang agar tidak berhenti bisa mengambil dari sini untuk sementara waktu, antisipasi kondisi yang sedang begini”.
Irman selaku petugas balai memonitor daerah cieunteung, setahu saya kondisi alam yang seperti ini tidak memungkinkan di parung halang untuk menampung air sebanyak itu. Adapun selentingan dari warga yang katanya pompa rusak, mungkin kami selaku petugas langsung bergerak.
Adapun Toni penjaga (Rumah Pompa Dan Retensi Parung Halang), yang mendampingi iman, mengatakan jika pembuangan arahnya ke atas pasti nantinya ada pengikisan tanggul, Itupun sudah SOP nya begitu dari pusatnya.
Hal yang sama pun dikatakan Irman, jika arahnya tegak lurus maka nantinya akan habis tanggul. Makannya itu ada kemiringan .
Nah, hal – hal seperti itu masyarakat tidak mengerti tetapi menurut Irman, masyarakat selalu mencari-cari kesalahan, dari penilaian pribadi saya serta juga petugas-petugas tidak mau di cap jelek oleh masyarakat. Seperti hal nya solar, saya suplai dan juga mesin pompa, dari pusat menurunkan tiga sampai empat pompa agar parung halang cepat surut dari genangan air. Tutur Irman
Sekarang dengan masyarakat seperti itu, iya tidak apa-apa. Karena itu hanya sebagian masyarakat saja, mudah-mudahan pengurusnya (RT/RW) sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh saya.
Adanya banjir yang tak kunjung surut, pihak kantor BBWS sudah meninjau ke lokasi dan mengenai terkait debit air Irman, mengatakan yang lebih tau itu sebetulnya petugas dan secara pribadi jika dikaitkan secara teknis itu kan ada dilapangan.
“Tanggapan Irman, adanya masyarakat yang datang ke polder, itu sih wajar menurutnya” karena bagaimana pun mereka tidak mau banjir di daerahnya, tetapi apapun yang mereka sampaikan (aspirasi) mereka, kita terima. Namun kami selaku petugas yang mempunyai atasan, yang ada dilapangan selalu melaporkan keluhan dari masyarakat.
Red: BN-Tim